Thursday, August 8, 2013

Para Martir di aceh


Mungkin di antara kalian tidak banyak yang mengetahui bahwa bumi Indonesia (tepatnya di Serambi Mekah NAD) pernah disiram oleh darah para martir: Dionisius a Nativitate dan Redemptus a Cruce. Keduanya sudah dibeatifikasi Paus Leo XIII pada tanggal 10 Juni 1900.

Siapakah Dionisius a Nativitate dan Redemptus a Cruce ?

Dionisius a Nativitate adalah nama biara dari Pierre Berthelot (Jr). Ayahnya seorang dokter dan kapten kapal. Karena itulah, Pierre tumbuh menjadi seorang pelaut ulung dan ahli navigasi. Sempat dibawa ke Jawa sebagai tawanan VOC Belanda, Pierre akhirnya bekerja pada AL Portugis di Malaka. Bahkan Raja Portugis menyebutnya sebagai “ahli navigasi dan pembuat peta Asia” yang luar biasa. Peta-peta laut yang dibuatnya amat terkenal, antara lain peta pulau Sumatera yang hingga kini disimpan di Museum Inggris.


Ekspedisi pelayaran kerap membawanya ke Goa, India, di mana Pierre kemudian berkenalan dengan Biara Karmel Tak Berkasut dan, pada usia 34 tahun, Pierre bergabung ke dalamnya. Di Biara Karmel inilah, Dionisius bertemu dengan Redemptus a Cruce.

Redemptus a Cruce adalah seorang bruder Karmelit yang bernama asli Thomas Rodriguez da Cunha, anak pasangan petani yang miskin namun saleh. Semula Thomas masuk dinas ketentaraan Portugis dan ditugaskan ke India. Namun selanjutnya, Thomas meninggalkan karirnya untuk menggabungkan diri dalam Biara Karmel di Goa.

Tahun 1638 Raja Muda Portugis di Goa, Peter da Silva, bermaksud mengirim utusan ke Aceh, yang baru saja berganti penguasa dari Sultan Iskandar Muda ke Sultan Iskandar Thani, guna menjalin hubungan persahabatan. Untuk keperluan itu, Raja Muda meminta Karmelit agar mengizinkan Dionisius ikut sebagai pembimbing rohani, sekaligus sebagai ahli maritim dan orang yang fasih berbicara bahasa Melayu.

Karenanya, studi Dionisius dipercepat agar segera dapat ditahbiskan sebagai imam. Untuk perjalanan ke Aceh ini, Dionisius yang baru saja ditahbiskan, minta izin agar Bruder Redemptus diperkenankan ikut bersamanya sebagai rekan seperjalanan.

September 1638, Pater Dionisius dan Bruder Redemptus pun meninggalkan Goa bersama rombongan misi perdamaian dan perdagangan Portugis. Perjalanan yang lancar membawa mereka tiba dengan selamat di Aceh pada Oktober 1638. Mereka berlabuh di Ole-Ole (sekarang bernama Kotaraja) dan disambut dengan ramah oleh penduduk setempat.

Tetapi keramahan masyarakat Aceh ternyata hanya merupakan tipu-muslihat saja. Orang-orang Belanda telah menghasut Sultan Iskandar Thani dengan menyebarkan isu bahwa bangsa Portugis datang untuk mengkatolikkan bangsa Aceh yang sudah memeluk agama Islam.

Akibatnya kedua biarawan ini ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara hingga sebulan lamanya. Karena tetap menolak untuk mengingkari iman, kedua biarawan dijatuhi hukuman mati.

Di pesisir pantai, Pater Dionisius, dengan salib di tangannya, dipaksa menyaksikan mereka menggorok leher Bruder Redemptus hingga wafat sebagai martir. Selanjutnya, algojo yang beringas dengan sekuat tenaga menghunuskan kelewang dan tombak ke arah Dionisius. Tetapi sungguh ajaib, seolah ada suatu kekuatan dahsyat yang menahan, sehingga para algojo tidak berani maju.

Sadar akan hal itu, Pater Dionisus segera mengatupkan kedua tangan dan berdoa memohon kepada Tuhan agar kerinduannya menjadi seorang martir dikabulkan. Dan permohonan orang kudus ini didengarkan Tuhan. Seorang algojo - seorang Kristen Malaka yang murtad - mengangkat gada dan disambarkan keras-keras ke kepala Pater Dionisius, disusul dengan kelewang yang memisahkan kepala Pater Dionisius dari tubuhnya.

Kemartiran Dionisius dan Redemptus sungguh berkenan di mata Tuhan. Selama tujuh bulan, jenazah tidak hancur, melainkan tetap segar seolah sedang tidur. Menurut saksi mata, jenazah Pater Dionisius amat merepotkan masyarakat sekitar, karena setiap kali dibuang, entah ke dalam laut maupun ke tengah hutan, senantiasa kembali lagi ke tempat di mana ia dimartir.

Akhirnya, jenazah dengan hormat dimakamkan di Pulau Dien (= pulau buangan) dan di kemudian hari dipindahkan ke Goa, India.

Beato Dionisius a Nativitate dan Beato Redemptus a Cruce, doakanlah kami, khususnya Bumi Serambi Mekah yang telah disiram oleh darah kemartiranmu.

Dibahasakan ulang dari http://yesaya.indocell.net/id1254.htm

5 comments:

  1. salut cma br Dionisius n Redemptus

    ReplyDelete
  2. salut cma br Dionisius n Redemptus

    ReplyDelete
  3. St Dionisius dan St Redemtus,doakan para pewarta kerajaan Allah di tanah Sumatera,semoga Kemulian Allah senantiasa hadir dan trrbukalah keselamatan,terpujilah Kristus.

    ReplyDelete
  4. Doakan kami, St Dionisius dan St Redemptus, bangsa Indonesia dan utamanya masyarakat Aceh...

    ReplyDelete
  5. Semoga darah Martir merubah wajah Aceh menjadi tanah Injil.
    Doakanlah kami St. Dionesius dan St. Redemtus��

    ReplyDelete